Selasa, 29 April 2014


Cinta adalah sesuatu yang paling lazim dirasakan, karena cinta memang menyatu bersama sejarah diciptakannya kehidupan. Rasanya kehidupan yang kita rasakan saat ini akan sangat mustahil tercipta tanpa unsur cinta di dalamnya. Cinta todak melulu tentang keindahan, cinta melibatkan berbagai macam rasa, salah satunya adalah kepedihan. Kata-kata Cinta sering digunakan untuk mengekspresikan seberapa dalam rasa cinta yang kita rasakan kepada seseorang atau mungkin sesuatu. Beberapa terkesan picisan, tetapi beberapa yang lainnya berasal dari sumber-sumber ternama yang sudah termasyur karena kisah-kisah cintanya.
Hari ini hujan seakan menahanku dari tempat tidur. Kejadian kemarin malam membuatku tak berdaya. Keputusannya membuatku jatuh dalam keterpurukan ini. Aku mencintainya tidak semudah yang kukira. Dimana aku mencintainya, aku ingin dia bersamaku. Untuk membuat mimpi-mimpi kita menjadi kenyataan. Dan sekarang aku mengetahui kenyataannya, dia hanya menukar perasaan ini dengan UANG.

Cerpen Romantis
“Bruakkk”, semua berserakan di lantai. “Kalau jalan pakek mata, ngerti”, ucap pria sombong itu. “Heh, lu bodoh apa apa sih? Jalan itu pakek kaki. Ngerti ?”,ucapku dengan mata melotot. “Dasar tengil, untung ini udah bel coba belum. Abis lu !!!”, bentak Faris. aku segera membereskan buku-buku yang berserakan dilantai dan segera pergi tanpa memperdulikan ocehan-ocehan Faris.

“Ini bukan hari sialku kan”, gerutuku dalam hati sambil mombolak-balik buku matematikaku. “Hah elu, pagi pagi udah ngelamun”, ucap Tia sambil mencolek bahu kananku. “Udah deh jangan ngerjain gue mulu’, BT ni”, ucapku kesal. Tia adalah temen satu bangkuku, Tia suka banget ngerjain anak-anak kelas bahkan anak-anak dari kelas yang lain dan yang sering menjadi korbannya adalah AKU.
                Setelah bel pulang berbunyi, inilah saat-saat terindah bagi para siswa di SMK Negeri 4 Malang. Semua murid XI Multimedia F seakan berlomba-berlomba segera keluar kelas dengan cepat. Termasuk diriku, tujuan pertamaku setelah bel surga berdendang adalah lapangan. Lapangan adalah tempat favoritku, karna disitu aku bisa leluasa melihat yang bling-bling haha.
                “Heh dekil”, suara lelaki yang sepertinya tidak asing lagi ditelingaku. “Ah pasti laki-laki bodoh itu”, gerutuku dalam hati tanpa memalingkan wajahku kebelakang. “Dekil, berhenti lu”, tangan faris mencolek bahu kiriku. “Udah deh Ica udah, biasanya sih kalo saling benci gini bisa jadi JODOH loh”, ucap Tia mengheningkan adu cekcokku dengan pria sombong itu. “Heh dekil, gue ngomong sama lu bukan sama tembok”, suara lantang Faris, karna memang aku tak menghiraukan ucapan ucapan laki-laki bodoh itu.
***
                Pagi-pagi sekali tumben-tumbennya HP imutku ini bergetar menandakan sms masuk. Nomor tak dikenal tiba-tiba mengirimkan satu message yang isinya

                From : +6285749876***

                                Hei dekil gue tunggu lu di bawah ring basket nanti pulang sekolah

Itu isi sms dari nomor tak dikenal itu, siapa lagi kalo’ bukan laki-laki bodoh itu. Tapi sih aku cuekin aja sms dari si bodoh dan bergegas berangkat sekolah karna memang jam udah nunjukin pukul 06.32 padahal jam pelajaran dimulai pukul 06.45.
                “Bruakkkk”, buku-buku yang ada ditanganku terjatuh ke tanah depan pintu gerbang. “Ah kenapa sih harus lu dan kenapa lu terus si bodoh”, ucapku kesal.”Hah elu kan yang nabrak gue dekil”, ucap Faris yang terlihat tak kalah kesalnya. “Bodoh ah”, ucapku sambil membereskan buku-buku yang berserakan di tanah. “Ih kenapa kejadian ini berulang lagi sih, sial sial”, gumamku dalam hati sambil berjalan setengah lari.
                “Kenapa muka lu BT gitu sih ca?”, tanya Ita. “Biasa sapa lagi kalo’ bukan cowok bodoh itu”, jawabku santai. “Ta gua males ikut pelajaran nih, ngantin yuk”, ajak sesatku. “Ah elu, sama haha”, ucap Ita dengan ketawa sesa khasnya.
                “Faris, kenapa kamu belum mengerjakan tugas-tugas yang ibu berikan selama seminggu ini?”, ucap Guru yang ada di kelas Faris. Faris hanya menundukan kepala, dan memainkan jarinya. “Keluar kamu dari kelas ini, jangan kembali setelah bel istirahat berbunyi”, ucap Guru itu kesal.
                “Ya kan ketemu lagi sama si bodoh lagi, kenapa sih harus ketemu dia teru. Enggak bisa apa ya ehari ajah enggak ketemu. Biar hidup gua tuh tenang, damai, riang, dan lain sebagainyalah”, ucapku panjang lebar setelah melihat wajah si Faris dari ujung lorong sekolah. Dengan keterpaksaan yang teramat dalam aku harus satu tempat dengan orang yang begitu aku bencu dan bahkan snagat aku benci.
                Bel-bel pergantian pelajaran dan bel istirahat pun sudah terdengar, dan sekarang yang paling ditunggu adalah bel pulang. Pukul 12.10 aku mengakhiri rasa penat didalam pelajaran yang tak kusuka, PKn.
***
                Aku baru menyadari kalau ternyata sms itu dari faris si bodoh itu. “Darimana dia tau nomor HP ku ya, padahal ini nomor umurnya aja masih 3x24 jam haha”, gumamku sambil mengotak atik laptop kesayanganku.untuk apa aku susah susah memikirkan orang yang begituku benci, enak juga tidur. Tak lama aku merebahkan diri ditempat favoritku, HPku bergetar.
                 From : +6285749876***
                He dekil maafin gue yah. Capek deh kalok kita keseringan berantem. Oke :)
                To : +6285749876***
                Yakin lu mau minta maaf sama gue? Yaudah, permintaan maaf diterima. Gua mau tidur siang. Ni sms gag usah dibales deh.

                Smsku panjang lebaar, walaupun sms yang kukirim begitu manis tapi aku enggak akan secepat itu percaya.
                Beberapa hari kulewati dengan baik-baik saja, begitu juga dengan Faris. Kita menjadi lebih akrab dari hari-hari sebelumnya. Faris juga sering menyapaku, Faris juga pernah mengajakku pulang bersama. Harapan-harapan yang kini kurasakan, harapan untuk bersamanya dan melupakan kebencian yang lalu-lalu.
***
                Seminggu telah berlalu, dan hubungan kami semakin membaik. Sesekali kita pergi ke kantin berdua, menurut sahabat-sahabatku ini aneh tapi apa mau dikata memang kenyataannya seperti ini. Sepulang sekolah Faris mengajakku pergi makan bersama, tapi dia tidak memberi taukan dimana kita nanti akan mata Faris hanya mengatakan “ini tempat kesukaanku, memang banyak yang kesana tapi cuman kamu orang pertama yang bakal tau tempat favoritku”.
                “He dekil, cus yuk eh salah yuk cus”, ajak Faris. “Ah dasat, gue punya nama. Nama gue Ica, Natasha Ica Pratiwi”, ucapku tegas. Dengan wajah jelek Faris tapi imut sih haha dia mengatakan dengan lantang “Whatever lah”. Hari ini cuaca tidak mendukung alias mendung, jadi kami segera pergi ketempat tujuan kami sebelumnya.
                Kuakui tempat ini bagus, disana kita dapat melihat rumah-rumah dari atas dan tak kala bagusnya langit yang tadinya begitu mendung menjadi cerah. “Jadi ini tempat makan favoritmu”, suaraku mengagetkan lamunan Faris. “Iya ini tempat favoritku karna disini aku bisa menenangkan pikirankuku sejenak dengan semilir angin, dan bakso disini juga enak bisa menghangatkan perutku”, ucap Faris. Kami mengobrol sampai hujan turun, akhirnya kami memutuskan untuk tetap disitu sampai hujan reda. Kami meneduh di pos satpam yang sepertinya tidak digunakan lagi. Sesekali aku memandangi matannya, matanya menunjukan dia bukan seperti yang aku kenal. Orang yang sombong, orang yang tak punya hati, tapi itu salah. Aku melihat ada sesuatu yang lain.
***
                “Dia tak seperti yang kubayangkan”, gumamku ketika alarm membangunkanku dari tempat tidurku. Hari ini aku ingin cepat-cepat ke sekolah dan melihat wajah angkuh si Faris. Tepat didepan lobby aku melihat Faris sedang bercanda gurau dengan seorang perempuan yang kukenal, dia adalah Siska teman satu kelasku. “Kenapa rasanya sakit gini ya? Aduh jangan-jangan...?”. Belum selesai aku melanjutkan lamunanku tiba-tiba Ita mengagetkanku,”Ngelamun aja ca ca, yuk cus kekelas belum ngerjain PR matematika nih”.
                Faris mengajakku keluar lagi, katanya ada yang harus diomongin. Sepulang sekolah, aku segera mandi dan berdandan. Entah faktor apa yang membuatku menjadi berubah seperti ini, aku maunya marah, marah karena kejadian tadi pagi.
                “Ting...tong”, bel rumahku berbunyi. “Pasti itu...”, aku langsung berlari sampai-sampai aku terjatuh. “Silakan masuk mas bodoh”, ejekku. “Iya bik dekil”, ucap Faris membalas ejekanku.”Lu pikir gue pembantu apa?”, jawabku sinis. “Iya-iya, bercanda tau”, kata-kata Faris yang menurutku itu sangat manis haha.
                Dia kembali mengajakku ke tempat favoritnya. Cuaca begitu mendukung, angin begitu sepoi-sepoi. “Pakek jaketku ya dekil”, ucap Faris sambil memberikan jaketnya. “Makasi ya bodoh”, ucapku dengan senyum-senyum manisku.
                “Ca, aku mau ngomong sama kamu”, ucap Faris. “Ya ngomong aja”, ucapku tanpa melihat wajahnya. Tiba-tiba tangannya menyentuh tanganku yang dingin. “Kamu mau jadi pacarku? Ini serius, bukan hanya omong kosong saja. Rasa sayangku padamu mengalahkan perasaan benciku padamu Ica”, ucap Faris dengan tatapan seriusnya. Tanpa banyak omong, aku tidak mau membohongi perasaanku sendiri,”Iya aku mau Faris, aku mau pacaran sama kamu”, ucapku dengan mata berbinar.
***
                Hubungan kami sudah berjalan 5hari lebih 4 jam. Hari-hariku kini semakin berwarna setelah kehadirannya. Berangkat sekolah bersama, pulang sekolah bersama, ke kantin bersama, bahkan belajar pun kita bersama. Tetapi beberapa hari ini dia berubah, hari-hariku tetap kujalani seperti biasa bersama Faris hanya kelakuannya saja yang berubah dia menjadi pemarah.
                “Aku mau udahin aja hubungan kita ini”, ucap lirih Faris sewaktu berpapasan didepan perpustakaan sekolah. “Hah, udahan? Bercanda?”, kataku kaget, mataku berkaca-kaca. “Aku serius, udah ya jangan ganggu aku lagi”, jawab Faris tanpa memperhatikan wajahku.
                Kini hubunganku dengannya berakhir, dia kembali menjadi angkuh dan sombong. Faris tidak pernah menyapaku lagi, dia juga tidak pernah membalas pesan singkatku.
“Udah dek, udah jangan nagis lagi dong”, bujuk kakak laki-lakiku dengan wajah tanpa dosanya. “Ah elu, apaan sih lu”, jawabku sambil mengusap ingusku. “Kak Tito itu peduli sama adekku yang masih ingusan ini”, ucak kak Tito sambil menjulurkan lidahnya keluar. “Peduli apa lu sama gue? sana lu pergi dari kamar gue, gue mau sekolah mau mandi”, ucapku jengkel.

***
                “Bruakkkk”, kejadian seperti ini kembali terulang kembali. Dia kembali menabrakku seperti dulu, buku-buku ditanganku berserakan di lantai depan perpustakaan. Faris tidak memperdulikanku, dia meninggalkanku tanpa membantuku membereskan buku-buku yang berserakan. Kebencian itu kembali datang setelah aku mengetahui bahwa Faris dan teman-temannya telah sekongkol mempermainkanku hanya untuk UANG. “Ini uang hasil jirih payahmu selama ini Ris, kamu udah berhasil mainin Ica”, ucap Diki teman satu kelas Faris. aku mendengar itu, karna memang jarak kita saat itu kurang lebih 3meter. Tanpa banyak omong aku segera menghampiri mereka dan “Plaaaaakkkkk”, tamparanku melayang dipipi halus Faris. “Jadi ini?”, ucapku dengan mata berkaca-kaca.
                Setelah kejadian kemarin aku sudah sangat mengerti Faris, dia tetaplah Faris yang dulu. “Ica tunggu”, suara dari belakangku dan tak lain itu adalah Faris. tan[pa memalingkan muka ku kebelakang, aku langsung saja jalan lurus tanpa memperdulikan ocehan si bodoh Faris. “Gue beneras sayang sama loe”, teriak Faris didepan gerbang sekolah yang ramai. Seketika aku berhenti dan menghampiri Faris,”Lu gila apa emang bodoh sih?”, ucapku lirih sambil sesekali menoleh kekanan dan kekiri. “Gue beneran mau jadi papcar loe lagi, gue sayang sama lo Ica”, suara Faris yang semakin keras. Satpam, adek kelas, kakak kelas, OB semua memperhatikan kami.
                Karna memang aku tak bisa membohongi perasaanku lagi, aku memang sangat menyanginya. Kita kembali mewarnai hari-hari kita. Dan soal uang itu hanya salah paham saja. Uang itu menurutku tak penting karena yang terpenting adalah FARIS, FARIS AL FARINZI.
- See more at: http://www.gen22.net/2012/03/cerpen-cinta-romantis-tabrakan-manis.html#sthash.ce9qRon5.dpuf
Hari ini hujan seakan menahanku dari tempat tidur. Kejadian kemarin malam membuatku tak berdaya. Keputusannya membuatku jatuh dalam keterpurukan ini. Aku mencintainya tidak semudah yang kukira. Dimana aku mencintainya, aku ingin dia bersamaku. Untuk membuat mimpi-mimpi kita menjadi kenyataan. Dan sekarang aku mengetahui kenyataannya, dia hanya menukar perasaan ini dengan UANG.

Cerpen Romantis
“Bruakkk”, semua berserakan di lantai. “Kalau jalan pakek mata, ngerti”, ucap pria sombong itu. “Heh, lu bodoh apa apa sih? Jalan itu pakek kaki. Ngerti ?”,ucapku dengan mata melotot. “Dasar tengil, untung ini udah bel coba belum. Abis lu !!!”, bentak Faris. aku segera membereskan buku-buku yang berserakan dilantai dan segera pergi tanpa memperdulikan ocehan-ocehan Faris.

“Ini bukan hari sialku kan”, gerutuku dalam hati sambil mombolak-balik buku matematikaku. “Hah elu, pagi pagi udah ngelamun”, ucap Tia sambil mencolek bahu kananku. “Udah deh jangan ngerjain gue mulu’, BT ni”, ucapku kesal. Tia adalah temen satu bangkuku, Tia suka banget ngerjain anak-anak kelas bahkan anak-anak dari kelas yang lain dan yang sering menjadi korbannya adalah AKU.
                Setelah bel pulang berbunyi, inilah saat-saat terindah bagi para siswa di SMK Negeri 4 Malang. Semua murid XI Multimedia F seakan berlomba-berlomba segera keluar kelas dengan cepat. Termasuk diriku, tujuan pertamaku setelah bel surga berdendang adalah lapangan. Lapangan adalah tempat favoritku, karna disitu aku bisa leluasa melihat yang bling-bling haha.
                “Heh dekil”, suara lelaki yang sepertinya tidak asing lagi ditelingaku. “Ah pasti laki-laki bodoh itu”, gerutuku dalam hati tanpa memalingkan wajahku kebelakang. “Dekil, berhenti lu”, tangan faris mencolek bahu kiriku. “Udah deh Ica udah, biasanya sih kalo saling benci gini bisa jadi JODOH loh”, ucap Tia mengheningkan adu cekcokku dengan pria sombong itu. “Heh dekil, gue ngomong sama lu bukan sama tembok”, suara lantang Faris, karna memang aku tak menghiraukan ucapan ucapan laki-laki bodoh itu.
***
                Pagi-pagi sekali tumben-tumbennya HP imutku ini bergetar menandakan sms masuk. Nomor tak dikenal tiba-tiba mengirimkan satu message yang isinya

                From : +6285749876***

                                Hei dekil gue tunggu lu di bawah ring basket nanti pulang sekolah

Itu isi sms dari nomor tak dikenal itu, siapa lagi kalo’ bukan laki-laki bodoh itu. Tapi sih aku cuekin aja sms dari si bodoh dan bergegas berangkat sekolah karna memang jam udah nunjukin pukul 06.32 padahal jam pelajaran dimulai pukul 06.45.
                “Bruakkkk”, buku-buku yang ada ditanganku terjatuh ke tanah depan pintu gerbang. “Ah kenapa sih harus lu dan kenapa lu terus si bodoh”, ucapku kesal.”Hah elu kan yang nabrak gue dekil”, ucap Faris yang terlihat tak kalah kesalnya. “Bodoh ah”, ucapku sambil membereskan buku-buku yang berserakan di tanah. “Ih kenapa kejadian ini berulang lagi sih, sial sial”, gumamku dalam hati sambil berjalan setengah lari.
                “Kenapa muka lu BT gitu sih ca?”, tanya Ita. “Biasa sapa lagi kalo’ bukan cowok bodoh itu”, jawabku santai. “Ta gua males ikut pelajaran nih, ngantin yuk”, ajak sesatku. “Ah elu, sama haha”, ucap Ita dengan ketawa sesa khasnya.
                “Faris, kenapa kamu belum mengerjakan tugas-tugas yang ibu berikan selama seminggu ini?”, ucap Guru yang ada di kelas Faris. Faris hanya menundukan kepala, dan memainkan jarinya. “Keluar kamu dari kelas ini, jangan kembali setelah bel istirahat berbunyi”, ucap Guru itu kesal.
                “Ya kan ketemu lagi sama si bodoh lagi, kenapa sih harus ketemu dia teru. Enggak bisa apa ya ehari ajah enggak ketemu. Biar hidup gua tuh tenang, damai, riang, dan lain sebagainyalah”, ucapku panjang lebar setelah melihat wajah si Faris dari ujung lorong sekolah. Dengan keterpaksaan yang teramat dalam aku harus satu tempat dengan orang yang begitu aku bencu dan bahkan snagat aku benci.
                Bel-bel pergantian pelajaran dan bel istirahat pun sudah terdengar, dan sekarang yang paling ditunggu adalah bel pulang. Pukul 12.10 aku mengakhiri rasa penat didalam pelajaran yang tak kusuka, PKn.
***
                Aku baru menyadari kalau ternyata sms itu dari faris si bodoh itu. “Darimana dia tau nomor HP ku ya, padahal ini nomor umurnya aja masih 3x24 jam haha”, gumamku sambil mengotak atik laptop kesayanganku.untuk apa aku susah susah memikirkan orang yang begituku benci, enak juga tidur. Tak lama aku merebahkan diri ditempat favoritku, HPku bergetar.
                 From : +6285749876***
                He dekil maafin gue yah. Capek deh kalok kita keseringan berantem. Oke :)
                To : +6285749876***
                Yakin lu mau minta maaf sama gue? Yaudah, permintaan maaf diterima. Gua mau tidur siang. Ni sms gag usah dibales deh.

                Smsku panjang lebaar, walaupun sms yang kukirim begitu manis tapi aku enggak akan secepat itu percaya.
                Beberapa hari kulewati dengan baik-baik saja, begitu juga dengan Faris. Kita menjadi lebih akrab dari hari-hari sebelumnya. Faris juga sering menyapaku, Faris juga pernah mengajakku pulang bersama. Harapan-harapan yang kini kurasakan, harapan untuk bersamanya dan melupakan kebencian yang lalu-lalu.
***
                Seminggu telah berlalu, dan hubungan kami semakin membaik. Sesekali kita pergi ke kantin berdua, menurut sahabat-sahabatku ini aneh tapi apa mau dikata memang kenyataannya seperti ini. Sepulang sekolah Faris mengajakku pergi makan bersama, tapi dia tidak memberi taukan dimana kita nanti akan mata Faris hanya mengatakan “ini tempat kesukaanku, memang banyak yang kesana tapi cuman kamu orang pertama yang bakal tau tempat favoritku”.
                “He dekil, cus yuk eh salah yuk cus”, ajak Faris. “Ah dasat, gue punya nama. Nama gue Ica, Natasha Ica Pratiwi”, ucapku tegas. Dengan wajah jelek Faris tapi imut sih haha dia mengatakan dengan lantang “Whatever lah”. Hari ini cuaca tidak mendukung alias mendung, jadi kami segera pergi ketempat tujuan kami sebelumnya.
                Kuakui tempat ini bagus, disana kita dapat melihat rumah-rumah dari atas dan tak kala bagusnya langit yang tadinya begitu mendung menjadi cerah. “Jadi ini tempat makan favoritmu”, suaraku mengagetkan lamunan Faris. “Iya ini tempat favoritku karna disini aku bisa menenangkan pikirankuku sejenak dengan semilir angin, dan bakso disini juga enak bisa menghangatkan perutku”, ucap Faris. Kami mengobrol sampai hujan turun, akhirnya kami memutuskan untuk tetap disitu sampai hujan reda. Kami meneduh di pos satpam yang sepertinya tidak digunakan lagi. Sesekali aku memandangi matannya, matanya menunjukan dia bukan seperti yang aku kenal. Orang yang sombong, orang yang tak punya hati, tapi itu salah. Aku melihat ada sesuatu yang lain.
***
                “Dia tak seperti yang kubayangkan”, gumamku ketika alarm membangunkanku dari tempat tidurku. Hari ini aku ingin cepat-cepat ke sekolah dan melihat wajah angkuh si Faris. Tepat didepan lobby aku melihat Faris sedang bercanda gurau dengan seorang perempuan yang kukenal, dia adalah Siska teman satu kelasku. “Kenapa rasanya sakit gini ya? Aduh jangan-jangan...?”. Belum selesai aku melanjutkan lamunanku tiba-tiba Ita mengagetkanku,”Ngelamun aja ca ca, yuk cus kekelas belum ngerjain PR matematika nih”.
                Faris mengajakku keluar lagi, katanya ada yang harus diomongin. Sepulang sekolah, aku segera mandi dan berdandan. Entah faktor apa yang membuatku menjadi berubah seperti ini, aku maunya marah, marah karena kejadian tadi pagi.
                “Ting...tong”, bel rumahku berbunyi. “Pasti itu...”, aku langsung berlari sampai-sampai aku terjatuh. “Silakan masuk mas bodoh”, ejekku. “Iya bik dekil”, ucap Faris membalas ejekanku.”Lu pikir gue pembantu apa?”, jawabku sinis. “Iya-iya, bercanda tau”, kata-kata Faris yang menurutku itu sangat manis haha.
                Dia kembali mengajakku ke tempat favoritnya. Cuaca begitu mendukung, angin begitu sepoi-sepoi. “Pakek jaketku ya dekil”, ucap Faris sambil memberikan jaketnya. “Makasi ya bodoh”, ucapku dengan senyum-senyum manisku.
                “Ca, aku mau ngomong sama kamu”, ucap Faris. “Ya ngomong aja”, ucapku tanpa melihat wajahnya. Tiba-tiba tangannya menyentuh tanganku yang dingin. “Kamu mau jadi pacarku? Ini serius, bukan hanya omong kosong saja. Rasa sayangku padamu mengalahkan perasaan benciku padamu Ica”, ucap Faris dengan tatapan seriusnya. Tanpa banyak omong, aku tidak mau membohongi perasaanku sendiri,”Iya aku mau Faris, aku mau pacaran sama kamu”, ucapku dengan mata berbinar.
***
                Hubungan kami sudah berjalan 5hari lebih 4 jam. Hari-hariku kini semakin berwarna setelah kehadirannya. Berangkat sekolah bersama, pulang sekolah bersama, ke kantin bersama, bahkan belajar pun kita bersama. Tetapi beberapa hari ini dia berubah, hari-hariku tetap kujalani seperti biasa bersama Faris hanya kelakuannya saja yang berubah dia menjadi pemarah.
                “Aku mau udahin aja hubungan kita ini”, ucap lirih Faris sewaktu berpapasan didepan perpustakaan sekolah. “Hah, udahan? Bercanda?”, kataku kaget, mataku berkaca-kaca. “Aku serius, udah ya jangan ganggu aku lagi”, jawab Faris tanpa memperhatikan wajahku.
                Kini hubunganku dengannya berakhir, dia kembali menjadi angkuh dan sombong. Faris tidak pernah menyapaku lagi, dia juga tidak pernah membalas pesan singkatku.
“Udah dek, udah jangan nagis lagi dong”, bujuk kakak laki-lakiku dengan wajah tanpa dosanya. “Ah elu, apaan sih lu”, jawabku sambil mengusap ingusku. “Kak Tito itu peduli sama adekku yang masih ingusan ini”, ucak kak Tito sambil menjulurkan lidahnya keluar. “Peduli apa lu sama gue? sana lu pergi dari kamar gue, gue mau sekolah mau mandi”, ucapku jengkel.

***
                “Bruakkkk”, kejadian seperti ini kembali terulang kembali. Dia kembali menabrakku seperti dulu, buku-buku ditanganku berserakan di lantai depan perpustakaan. Faris tidak memperdulikanku, dia meninggalkanku tanpa membantuku membereskan buku-buku yang berserakan. Kebencian itu kembali datang setelah aku mengetahui bahwa Faris dan teman-temannya telah sekongkol mempermainkanku hanya untuk UANG. “Ini uang hasil jirih payahmu selama ini Ris, kamu udah berhasil mainin Ica”, ucap Diki teman satu kelas Faris. aku mendengar itu, karna memang jarak kita saat itu kurang lebih 3meter. Tanpa banyak omong aku segera menghampiri mereka dan “Plaaaaakkkkk”, tamparanku melayang dipipi halus Faris. “Jadi ini?”, ucapku dengan mata berkaca-kaca.
                Setelah kejadian kemarin aku sudah sangat mengerti Faris, dia tetaplah Faris yang dulu. “Ica tunggu”, suara dari belakangku dan tak lain itu adalah Faris. tan[pa memalingkan muka ku kebelakang, aku langsung saja jalan lurus tanpa memperdulikan ocehan si bodoh Faris. “Gue beneras sayang sama loe”, teriak Faris didepan gerbang sekolah yang ramai. Seketika aku berhenti dan menghampiri Faris,”Lu gila apa emang bodoh sih?”, ucapku lirih sambil sesekali menoleh kekanan dan kekiri. “Gue beneran mau jadi papcar loe lagi, gue sayang sama lo Ica”, suara Faris yang semakin keras. Satpam, adek kelas, kakak kelas, OB semua memperhatikan kami.
                Karna memang aku tak bisa membohongi perasaanku lagi, aku memang sangat menyanginya. Kita kembali mewarnai hari-hari kita. Dan soal uang itu hanya salah paham saja. Uang itu menurutku tak penting karena yang terpenting adalah FARIS, FARIS AL FARINZI.
- See more at: http://www.gen22.net/2012/03/cerpen-cinta-romantis-tabrakan-manis.html#sthash.ce9qRon5.dpuf

Kata kata cinta yang mengandung rasa kasih dan sayang memang baik untuk diungkapkan kepada orang orang yang anda cintai. Berbagai kalimat kalimat romantis dan penuh kesungguhan diungkapkan kepada orang orang tersebut, sampai kita tidak menyadari bahwa ternyata kata kata yang kita ekspresikan tersebut menjadi berlebihan dan bahkan bisa berakibat kepada keraguraguan yang menerima kata kata tersebut. Dari kata kata cinta di atas, kata kata cinta yang paling baik adalah yang berasal dari lubuk terdalam hati kita atas apa yang kita rasakan. dan terkadang juga yang paling tulus tanpa dibuat buat dan tanpa mengandung unsur yang berlebihan. Sehingga, membuat yang menerima kata kata cinta itu lebih yakin dan lebih percaya pada kata kata


dy ini adalah insfirasi hidup ku