KATA KATA CINTA KU
Selasa, 29 April 2014
Cinta adalah sesuatu yang paling lazim dirasakan, karena cinta memang menyatu bersama sejarah diciptakannya kehidupan. Rasanya kehidupan yang kita rasakan saat ini akan sangat mustahil tercipta tanpa unsur cinta di dalamnya. Cinta todak melulu tentang keindahan, cinta melibatkan berbagai macam rasa, salah satunya adalah kepedihan. Kata-kata Cinta sering digunakan untuk mengekspresikan seberapa dalam rasa cinta yang kita rasakan kepada seseorang atau mungkin sesuatu. Beberapa terkesan picisan, tetapi beberapa yang lainnya berasal dari sumber-sumber ternama yang sudah termasyur karena kisah-kisah cintanya.
Hari
ini hujan seakan menahanku dari tempat tidur. Kejadian kemarin malam
membuatku tak berdaya. Keputusannya membuatku jatuh dalam keterpurukan
ini. Aku mencintainya tidak semudah yang kukira. Dimana aku
mencintainya, aku ingin dia bersamaku. Untuk membuat mimpi-mimpi kita
menjadi kenyataan. Dan sekarang aku mengetahui kenyataannya, dia hanya
menukar perasaan ini dengan UANG.
“Bruakkk”, semua berserakan di lantai. “Kalau jalan pakek mata, ngerti”, ucap pria sombong itu. “Heh, lu bodoh apa apa sih? Jalan itu pakek kaki. Ngerti ?”,ucapku dengan mata melotot. “Dasar tengil, untung ini udah bel coba belum. Abis lu !!!”, bentak Faris. aku segera membereskan buku-buku yang berserakan dilantai dan segera pergi tanpa memperdulikan ocehan-ocehan Faris.
“Ini bukan hari sialku kan”, gerutuku dalam hati sambil mombolak-balik buku matematikaku. “Hah elu, pagi pagi udah ngelamun”, ucap Tia sambil mencolek bahu kananku. “Udah deh jangan ngerjain gue mulu’, BT ni”, ucapku kesal. Tia adalah temen satu bangkuku, Tia suka banget ngerjain anak-anak kelas bahkan anak-anak dari kelas yang lain dan yang sering menjadi korbannya adalah AKU.
Smsku panjang lebaar, walaupun sms yang kukirim begitu manis tapi aku enggak akan secepat itu percaya.
“Bruakkk”, semua berserakan di lantai. “Kalau jalan pakek mata, ngerti”, ucap pria sombong itu. “Heh, lu bodoh apa apa sih? Jalan itu pakek kaki. Ngerti ?”,ucapku dengan mata melotot. “Dasar tengil, untung ini udah bel coba belum. Abis lu !!!”, bentak Faris. aku segera membereskan buku-buku yang berserakan dilantai dan segera pergi tanpa memperdulikan ocehan-ocehan Faris.
“Ini bukan hari sialku kan”, gerutuku dalam hati sambil mombolak-balik buku matematikaku. “Hah elu, pagi pagi udah ngelamun”, ucap Tia sambil mencolek bahu kananku. “Udah deh jangan ngerjain gue mulu’, BT ni”, ucapku kesal. Tia adalah temen satu bangkuku, Tia suka banget ngerjain anak-anak kelas bahkan anak-anak dari kelas yang lain dan yang sering menjadi korbannya adalah AKU.
Setelah bel pulang berbunyi, inilah saat-saat terindah bagi para siswa
di SMK Negeri 4 Malang. Semua murid XI Multimedia F seakan
berlomba-berlomba segera keluar kelas dengan cepat. Termasuk diriku,
tujuan pertamaku setelah bel surga berdendang adalah lapangan. Lapangan
adalah tempat favoritku, karna disitu aku bisa leluasa melihat yang
bling-bling haha.
“Heh dekil”, suara lelaki yang sepertinya tidak asing lagi ditelingaku.
“Ah pasti laki-laki bodoh itu”, gerutuku dalam hati tanpa memalingkan
wajahku kebelakang. “Dekil, berhenti lu”, tangan faris mencolek bahu
kiriku. “Udah deh Ica udah, biasanya sih kalo saling benci gini bisa
jadi JODOH loh”, ucap Tia mengheningkan adu cekcokku dengan pria sombong
itu. “Heh dekil, gue ngomong sama lu bukan sama tembok”, suara lantang
Faris, karna memang aku tak menghiraukan ucapan ucapan laki-laki bodoh
itu.
***
Pagi-pagi sekali tumben-tumbennya HP imutku ini bergetar menandakan sms
masuk. Nomor tak dikenal tiba-tiba mengirimkan satu message yang isinya
From : +6285749876***
Hei dekil gue tunggu lu di bawah ring basket nanti pulang sekolah
Itu
isi sms dari nomor tak dikenal itu, siapa lagi kalo’ bukan laki-laki
bodoh itu. Tapi sih aku cuekin aja sms dari si bodoh dan bergegas
berangkat sekolah karna memang jam udah nunjukin pukul 06.32 padahal jam
pelajaran dimulai pukul 06.45.
“Bruakkkk”, buku-buku yang ada ditanganku terjatuh ke tanah depan pintu
gerbang. “Ah kenapa sih harus lu dan kenapa lu terus si bodoh”, ucapku
kesal.”Hah elu kan yang nabrak gue dekil”, ucap Faris yang terlihat tak
kalah kesalnya. “Bodoh ah”, ucapku sambil membereskan buku-buku yang
berserakan di tanah. “Ih kenapa kejadian ini berulang lagi sih, sial
sial”, gumamku dalam hati sambil berjalan setengah lari.
“Kenapa muka lu BT gitu sih ca?”, tanya Ita. “Biasa sapa lagi kalo’
bukan cowok bodoh itu”, jawabku santai. “Ta gua males ikut pelajaran
nih, ngantin yuk”, ajak sesatku. “Ah elu, sama haha”, ucap Ita dengan
ketawa sesa khasnya.
“Faris, kenapa kamu belum mengerjakan tugas-tugas yang ibu berikan
selama seminggu ini?”, ucap Guru yang ada di kelas Faris. Faris hanya
menundukan kepala, dan memainkan jarinya. “Keluar kamu dari kelas ini,
jangan kembali setelah bel istirahat berbunyi”, ucap Guru itu kesal.
“Ya kan ketemu lagi sama si bodoh lagi, kenapa sih harus ketemu dia
teru. Enggak bisa apa ya ehari ajah enggak ketemu. Biar hidup gua tuh
tenang, damai, riang, dan lain sebagainyalah”, ucapku panjang lebar
setelah melihat wajah si Faris dari ujung lorong sekolah. Dengan
keterpaksaan yang teramat dalam aku harus satu tempat dengan orang yang
begitu aku bencu dan bahkan snagat aku benci.
Bel-bel pergantian pelajaran dan bel istirahat pun sudah terdengar, dan
sekarang yang paling ditunggu adalah bel pulang. Pukul 12.10 aku
mengakhiri rasa penat didalam pelajaran yang tak kusuka, PKn.
***
Aku baru menyadari kalau ternyata sms itu dari faris si bodoh itu.
“Darimana dia tau nomor HP ku ya, padahal ini nomor umurnya aja masih
3x24 jam haha”, gumamku sambil mengotak atik laptop kesayanganku.untuk
apa aku susah susah memikirkan orang yang begituku benci, enak juga
tidur. Tak lama aku merebahkan diri ditempat favoritku, HPku bergetar.
From : +6285749876***
He dekil maafin gue yah. Capek deh kalok kita keseringan berantem. Oke :)
To : +6285749876***
Yakin lu mau minta maaf sama gue? Yaudah, permintaan maaf diterima. Gua
mau tidur siang. Ni sms gag usah dibales deh.
Smsku panjang lebaar, walaupun sms yang kukirim begitu manis tapi aku enggak akan secepat itu percaya.
Beberapa hari kulewati dengan baik-baik saja, begitu juga dengan Faris.
Kita menjadi lebih akrab dari hari-hari sebelumnya. Faris juga sering
menyapaku, Faris juga pernah mengajakku pulang bersama. Harapan-harapan
yang kini kurasakan, harapan untuk bersamanya dan melupakan kebencian
yang lalu-lalu.
***
Seminggu telah berlalu, dan hubungan kami semakin membaik. Sesekali
kita pergi ke kantin berdua, menurut sahabat-sahabatku ini aneh tapi apa
mau dikata memang kenyataannya seperti ini. Sepulang sekolah Faris
mengajakku pergi makan bersama, tapi dia tidak memberi taukan dimana
kita nanti akan mata Faris hanya mengatakan “ini tempat kesukaanku,
memang banyak yang kesana tapi cuman kamu orang pertama yang bakal tau
tempat favoritku”.
“He dekil, cus yuk eh salah yuk cus”, ajak Faris. “Ah dasat, gue punya
nama. Nama gue Ica, Natasha Ica Pratiwi”, ucapku tegas. Dengan wajah
jelek Faris tapi imut sih haha dia mengatakan dengan lantang “Whatever
lah”. Hari ini cuaca tidak mendukung alias mendung, jadi kami segera
pergi ketempat tujuan kami sebelumnya.
Kuakui tempat ini bagus, disana kita dapat melihat rumah-rumah dari
atas dan tak kala bagusnya langit yang tadinya begitu mendung menjadi
cerah. “Jadi ini tempat makan favoritmu”, suaraku mengagetkan lamunan
Faris. “Iya ini tempat favoritku karna disini aku bisa menenangkan
pikirankuku sejenak dengan semilir angin, dan bakso disini juga enak
bisa menghangatkan perutku”, ucap Faris. Kami mengobrol sampai hujan
turun, akhirnya kami memutuskan untuk tetap disitu sampai hujan reda.
Kami meneduh di pos satpam yang sepertinya tidak digunakan lagi.
Sesekali aku memandangi matannya, matanya menunjukan dia bukan seperti
yang aku kenal. Orang yang sombong, orang yang tak punya hati, tapi itu
salah. Aku melihat ada sesuatu yang lain.
***
“Dia tak seperti yang kubayangkan”, gumamku ketika alarm membangunkanku
dari tempat tidurku. Hari ini aku ingin cepat-cepat ke sekolah dan
melihat wajah angkuh si Faris. Tepat didepan lobby aku melihat Faris
sedang bercanda gurau dengan seorang perempuan yang kukenal, dia adalah
Siska teman satu kelasku. “Kenapa rasanya sakit gini ya? Aduh
jangan-jangan...?”. Belum selesai aku melanjutkan lamunanku tiba-tiba
Ita mengagetkanku,”Ngelamun aja ca ca, yuk cus kekelas belum ngerjain PR
matematika nih”.
Faris mengajakku keluar lagi, katanya ada yang harus diomongin.
Sepulang sekolah, aku segera mandi dan berdandan. Entah faktor apa yang
membuatku menjadi berubah seperti ini, aku maunya marah, marah karena
kejadian tadi pagi.
“Ting...tong”, bel rumahku berbunyi. “Pasti itu...”, aku langsung
berlari sampai-sampai aku terjatuh. “Silakan masuk mas bodoh”, ejekku.
“Iya bik dekil”, ucap Faris membalas ejekanku.”Lu pikir gue pembantu
apa?”, jawabku sinis. “Iya-iya, bercanda tau”, kata-kata Faris yang
menurutku itu sangat manis haha.
Dia kembali mengajakku ke tempat favoritnya. Cuaca begitu mendukung,
angin begitu sepoi-sepoi. “Pakek jaketku ya dekil”, ucap Faris sambil
memberikan jaketnya. “Makasi ya bodoh”, ucapku dengan senyum-senyum
manisku.
“Ca,
aku mau ngomong sama kamu”, ucap Faris. “Ya ngomong aja”, ucapku tanpa
melihat wajahnya. Tiba-tiba tangannya menyentuh tanganku yang dingin.
“Kamu mau jadi pacarku? Ini serius, bukan hanya omong kosong saja. Rasa
sayangku padamu mengalahkan perasaan benciku padamu Ica”, ucap Faris
dengan tatapan seriusnya. Tanpa banyak omong, aku tidak mau membohongi
perasaanku sendiri,”Iya aku mau Faris, aku mau pacaran sama kamu”,
ucapku dengan mata berbinar.
***
Hubungan kami sudah berjalan 5hari lebih 4 jam. Hari-hariku kini
semakin berwarna setelah kehadirannya. Berangkat sekolah bersama, pulang
sekolah bersama, ke kantin bersama, bahkan belajar pun kita bersama.
Tetapi beberapa hari ini dia berubah, hari-hariku tetap kujalani seperti
biasa bersama Faris hanya kelakuannya saja yang berubah dia menjadi
pemarah.
“Aku mau udahin aja hubungan kita ini”, ucap lirih Faris sewaktu
berpapasan didepan perpustakaan sekolah. “Hah, udahan? Bercanda?”,
kataku kaget, mataku berkaca-kaca. “Aku serius, udah ya jangan ganggu
aku lagi”, jawab Faris tanpa memperhatikan wajahku.
Kini hubunganku dengannya berakhir, dia kembali menjadi angkuh dan
sombong. Faris tidak pernah menyapaku lagi, dia juga tidak pernah
membalas pesan singkatku.
“Udah
dek, udah jangan nagis lagi dong”, bujuk kakak laki-lakiku dengan wajah
tanpa dosanya. “Ah elu, apaan sih lu”, jawabku sambil mengusap ingusku.
“Kak Tito itu peduli sama adekku yang masih ingusan ini”, ucak kak Tito
sambil menjulurkan lidahnya keluar. “Peduli apa lu sama gue? sana lu
pergi dari kamar gue, gue mau sekolah mau mandi”, ucapku jengkel.
***
“Bruakkkk”, kejadian seperti ini kembali terulang kembali. Dia kembali
menabrakku seperti dulu, buku-buku ditanganku berserakan di lantai depan
perpustakaan. Faris tidak memperdulikanku, dia meninggalkanku tanpa
membantuku membereskan buku-buku yang berserakan. Kebencian itu kembali
datang setelah aku mengetahui bahwa Faris dan teman-temannya telah
sekongkol mempermainkanku hanya untuk UANG. “Ini uang hasil jirih
payahmu selama ini Ris, kamu udah berhasil mainin Ica”, ucap Diki teman
satu kelas Faris. aku mendengar itu, karna memang jarak kita saat itu
kurang lebih 3meter. Tanpa banyak omong aku segera menghampiri mereka
dan “Plaaaaakkkkk”, tamparanku melayang dipipi halus Faris. “Jadi ini?”,
ucapku dengan mata berkaca-kaca.
Setelah kejadian kemarin aku sudah sangat mengerti Faris, dia tetaplah
Faris yang dulu. “Ica tunggu”, suara dari belakangku dan tak lain itu
adalah Faris. tan[pa memalingkan muka ku kebelakang, aku langsung saja
jalan lurus tanpa memperdulikan ocehan si bodoh Faris. “Gue beneras
sayang sama loe”, teriak Faris didepan gerbang sekolah yang ramai.
Seketika aku berhenti dan menghampiri Faris,”Lu gila apa emang bodoh
sih?”, ucapku lirih sambil sesekali menoleh kekanan dan kekiri. “Gue
beneran mau jadi papcar loe lagi, gue sayang sama lo Ica”, suara Faris
yang semakin keras. Satpam, adek kelas, kakak kelas, OB semua
memperhatikan kami.
Karna memang aku tak bisa membohongi perasaanku lagi, aku memang sangat
menyanginya. Kita kembali mewarnai hari-hari kita. Dan soal uang itu
hanya salah paham saja. Uang itu menurutku tak penting karena yang
terpenting adalah FARIS, FARIS AL FARINZI.
- See more at: http://www.gen22.net/2012/03/cerpen-cinta-romantis-tabrakan-manis.html#sthash.ce9qRon5.dpuf
Hari
ini hujan seakan menahanku dari tempat tidur. Kejadian kemarin malam
membuatku tak berdaya. Keputusannya membuatku jatuh dalam keterpurukan
ini. Aku mencintainya tidak semudah yang kukira. Dimana aku
mencintainya, aku ingin dia bersamaku. Untuk membuat mimpi-mimpi kita
menjadi kenyataan. Dan sekarang aku mengetahui kenyataannya, dia hanya
menukar perasaan ini dengan UANG.
“Bruakkk”, semua berserakan di lantai. “Kalau jalan pakek mata, ngerti”, ucap pria sombong itu. “Heh, lu bodoh apa apa sih? Jalan itu pakek kaki. Ngerti ?”,ucapku dengan mata melotot. “Dasar tengil, untung ini udah bel coba belum. Abis lu !!!”, bentak Faris. aku segera membereskan buku-buku yang berserakan dilantai dan segera pergi tanpa memperdulikan ocehan-ocehan Faris.
“Ini bukan hari sialku kan”, gerutuku dalam hati sambil mombolak-balik buku matematikaku. “Hah elu, pagi pagi udah ngelamun”, ucap Tia sambil mencolek bahu kananku. “Udah deh jangan ngerjain gue mulu’, BT ni”, ucapku kesal. Tia adalah temen satu bangkuku, Tia suka banget ngerjain anak-anak kelas bahkan anak-anak dari kelas yang lain dan yang sering menjadi korbannya adalah AKU.
Smsku panjang lebaar, walaupun sms yang kukirim begitu manis tapi aku enggak akan secepat itu percaya.
“Bruakkk”, semua berserakan di lantai. “Kalau jalan pakek mata, ngerti”, ucap pria sombong itu. “Heh, lu bodoh apa apa sih? Jalan itu pakek kaki. Ngerti ?”,ucapku dengan mata melotot. “Dasar tengil, untung ini udah bel coba belum. Abis lu !!!”, bentak Faris. aku segera membereskan buku-buku yang berserakan dilantai dan segera pergi tanpa memperdulikan ocehan-ocehan Faris.
“Ini bukan hari sialku kan”, gerutuku dalam hati sambil mombolak-balik buku matematikaku. “Hah elu, pagi pagi udah ngelamun”, ucap Tia sambil mencolek bahu kananku. “Udah deh jangan ngerjain gue mulu’, BT ni”, ucapku kesal. Tia adalah temen satu bangkuku, Tia suka banget ngerjain anak-anak kelas bahkan anak-anak dari kelas yang lain dan yang sering menjadi korbannya adalah AKU.
Setelah bel pulang berbunyi, inilah saat-saat terindah bagi para siswa
di SMK Negeri 4 Malang. Semua murid XI Multimedia F seakan
berlomba-berlomba segera keluar kelas dengan cepat. Termasuk diriku,
tujuan pertamaku setelah bel surga berdendang adalah lapangan. Lapangan
adalah tempat favoritku, karna disitu aku bisa leluasa melihat yang
bling-bling haha.
“Heh dekil”, suara lelaki yang sepertinya tidak asing lagi ditelingaku.
“Ah pasti laki-laki bodoh itu”, gerutuku dalam hati tanpa memalingkan
wajahku kebelakang. “Dekil, berhenti lu”, tangan faris mencolek bahu
kiriku. “Udah deh Ica udah, biasanya sih kalo saling benci gini bisa
jadi JODOH loh”, ucap Tia mengheningkan adu cekcokku dengan pria sombong
itu. “Heh dekil, gue ngomong sama lu bukan sama tembok”, suara lantang
Faris, karna memang aku tak menghiraukan ucapan ucapan laki-laki bodoh
itu.
***
Pagi-pagi sekali tumben-tumbennya HP imutku ini bergetar menandakan sms
masuk. Nomor tak dikenal tiba-tiba mengirimkan satu message yang isinya
From : +6285749876***
Hei dekil gue tunggu lu di bawah ring basket nanti pulang sekolah
Itu
isi sms dari nomor tak dikenal itu, siapa lagi kalo’ bukan laki-laki
bodoh itu. Tapi sih aku cuekin aja sms dari si bodoh dan bergegas
berangkat sekolah karna memang jam udah nunjukin pukul 06.32 padahal jam
pelajaran dimulai pukul 06.45.
“Bruakkkk”, buku-buku yang ada ditanganku terjatuh ke tanah depan pintu
gerbang. “Ah kenapa sih harus lu dan kenapa lu terus si bodoh”, ucapku
kesal.”Hah elu kan yang nabrak gue dekil”, ucap Faris yang terlihat tak
kalah kesalnya. “Bodoh ah”, ucapku sambil membereskan buku-buku yang
berserakan di tanah. “Ih kenapa kejadian ini berulang lagi sih, sial
sial”, gumamku dalam hati sambil berjalan setengah lari.
“Kenapa muka lu BT gitu sih ca?”, tanya Ita. “Biasa sapa lagi kalo’
bukan cowok bodoh itu”, jawabku santai. “Ta gua males ikut pelajaran
nih, ngantin yuk”, ajak sesatku. “Ah elu, sama haha”, ucap Ita dengan
ketawa sesa khasnya.
“Faris, kenapa kamu belum mengerjakan tugas-tugas yang ibu berikan
selama seminggu ini?”, ucap Guru yang ada di kelas Faris. Faris hanya
menundukan kepala, dan memainkan jarinya. “Keluar kamu dari kelas ini,
jangan kembali setelah bel istirahat berbunyi”, ucap Guru itu kesal.
“Ya kan ketemu lagi sama si bodoh lagi, kenapa sih harus ketemu dia
teru. Enggak bisa apa ya ehari ajah enggak ketemu. Biar hidup gua tuh
tenang, damai, riang, dan lain sebagainyalah”, ucapku panjang lebar
setelah melihat wajah si Faris dari ujung lorong sekolah. Dengan
keterpaksaan yang teramat dalam aku harus satu tempat dengan orang yang
begitu aku bencu dan bahkan snagat aku benci.
Bel-bel pergantian pelajaran dan bel istirahat pun sudah terdengar, dan
sekarang yang paling ditunggu adalah bel pulang. Pukul 12.10 aku
mengakhiri rasa penat didalam pelajaran yang tak kusuka, PKn.
***
Aku baru menyadari kalau ternyata sms itu dari faris si bodoh itu.
“Darimana dia tau nomor HP ku ya, padahal ini nomor umurnya aja masih
3x24 jam haha”, gumamku sambil mengotak atik laptop kesayanganku.untuk
apa aku susah susah memikirkan orang yang begituku benci, enak juga
tidur. Tak lama aku merebahkan diri ditempat favoritku, HPku bergetar.
From : +6285749876***
He dekil maafin gue yah. Capek deh kalok kita keseringan berantem. Oke :)
To : +6285749876***
Yakin lu mau minta maaf sama gue? Yaudah, permintaan maaf diterima. Gua
mau tidur siang. Ni sms gag usah dibales deh.
Smsku panjang lebaar, walaupun sms yang kukirim begitu manis tapi aku enggak akan secepat itu percaya.
Beberapa hari kulewati dengan baik-baik saja, begitu juga dengan Faris.
Kita menjadi lebih akrab dari hari-hari sebelumnya. Faris juga sering
menyapaku, Faris juga pernah mengajakku pulang bersama. Harapan-harapan
yang kini kurasakan, harapan untuk bersamanya dan melupakan kebencian
yang lalu-lalu.
***
Seminggu telah berlalu, dan hubungan kami semakin membaik. Sesekali
kita pergi ke kantin berdua, menurut sahabat-sahabatku ini aneh tapi apa
mau dikata memang kenyataannya seperti ini. Sepulang sekolah Faris
mengajakku pergi makan bersama, tapi dia tidak memberi taukan dimana
kita nanti akan mata Faris hanya mengatakan “ini tempat kesukaanku,
memang banyak yang kesana tapi cuman kamu orang pertama yang bakal tau
tempat favoritku”.
“He dekil, cus yuk eh salah yuk cus”, ajak Faris. “Ah dasat, gue punya
nama. Nama gue Ica, Natasha Ica Pratiwi”, ucapku tegas. Dengan wajah
jelek Faris tapi imut sih haha dia mengatakan dengan lantang “Whatever
lah”. Hari ini cuaca tidak mendukung alias mendung, jadi kami segera
pergi ketempat tujuan kami sebelumnya.
Kuakui tempat ini bagus, disana kita dapat melihat rumah-rumah dari
atas dan tak kala bagusnya langit yang tadinya begitu mendung menjadi
cerah. “Jadi ini tempat makan favoritmu”, suaraku mengagetkan lamunan
Faris. “Iya ini tempat favoritku karna disini aku bisa menenangkan
pikirankuku sejenak dengan semilir angin, dan bakso disini juga enak
bisa menghangatkan perutku”, ucap Faris. Kami mengobrol sampai hujan
turun, akhirnya kami memutuskan untuk tetap disitu sampai hujan reda.
Kami meneduh di pos satpam yang sepertinya tidak digunakan lagi.
Sesekali aku memandangi matannya, matanya menunjukan dia bukan seperti
yang aku kenal. Orang yang sombong, orang yang tak punya hati, tapi itu
salah. Aku melihat ada sesuatu yang lain.
***
“Dia tak seperti yang kubayangkan”, gumamku ketika alarm membangunkanku
dari tempat tidurku. Hari ini aku ingin cepat-cepat ke sekolah dan
melihat wajah angkuh si Faris. Tepat didepan lobby aku melihat Faris
sedang bercanda gurau dengan seorang perempuan yang kukenal, dia adalah
Siska teman satu kelasku. “Kenapa rasanya sakit gini ya? Aduh
jangan-jangan...?”. Belum selesai aku melanjutkan lamunanku tiba-tiba
Ita mengagetkanku,”Ngelamun aja ca ca, yuk cus kekelas belum ngerjain PR
matematika nih”.
Faris mengajakku keluar lagi, katanya ada yang harus diomongin.
Sepulang sekolah, aku segera mandi dan berdandan. Entah faktor apa yang
membuatku menjadi berubah seperti ini, aku maunya marah, marah karena
kejadian tadi pagi.
“Ting...tong”, bel rumahku berbunyi. “Pasti itu...”, aku langsung
berlari sampai-sampai aku terjatuh. “Silakan masuk mas bodoh”, ejekku.
“Iya bik dekil”, ucap Faris membalas ejekanku.”Lu pikir gue pembantu
apa?”, jawabku sinis. “Iya-iya, bercanda tau”, kata-kata Faris yang
menurutku itu sangat manis haha.
Dia kembali mengajakku ke tempat favoritnya. Cuaca begitu mendukung,
angin begitu sepoi-sepoi. “Pakek jaketku ya dekil”, ucap Faris sambil
memberikan jaketnya. “Makasi ya bodoh”, ucapku dengan senyum-senyum
manisku.
“Ca,
aku mau ngomong sama kamu”, ucap Faris. “Ya ngomong aja”, ucapku tanpa
melihat wajahnya. Tiba-tiba tangannya menyentuh tanganku yang dingin.
“Kamu mau jadi pacarku? Ini serius, bukan hanya omong kosong saja. Rasa
sayangku padamu mengalahkan perasaan benciku padamu Ica”, ucap Faris
dengan tatapan seriusnya. Tanpa banyak omong, aku tidak mau membohongi
perasaanku sendiri,”Iya aku mau Faris, aku mau pacaran sama kamu”,
ucapku dengan mata berbinar.
***
Hubungan kami sudah berjalan 5hari lebih 4 jam. Hari-hariku kini
semakin berwarna setelah kehadirannya. Berangkat sekolah bersama, pulang
sekolah bersama, ke kantin bersama, bahkan belajar pun kita bersama.
Tetapi beberapa hari ini dia berubah, hari-hariku tetap kujalani seperti
biasa bersama Faris hanya kelakuannya saja yang berubah dia menjadi
pemarah.
“Aku mau udahin aja hubungan kita ini”, ucap lirih Faris sewaktu
berpapasan didepan perpustakaan sekolah. “Hah, udahan? Bercanda?”,
kataku kaget, mataku berkaca-kaca. “Aku serius, udah ya jangan ganggu
aku lagi”, jawab Faris tanpa memperhatikan wajahku.
Kini hubunganku dengannya berakhir, dia kembali menjadi angkuh dan
sombong. Faris tidak pernah menyapaku lagi, dia juga tidak pernah
membalas pesan singkatku.
“Udah
dek, udah jangan nagis lagi dong”, bujuk kakak laki-lakiku dengan wajah
tanpa dosanya. “Ah elu, apaan sih lu”, jawabku sambil mengusap ingusku.
“Kak Tito itu peduli sama adekku yang masih ingusan ini”, ucak kak Tito
sambil menjulurkan lidahnya keluar. “Peduli apa lu sama gue? sana lu
pergi dari kamar gue, gue mau sekolah mau mandi”, ucapku jengkel.
***
“Bruakkkk”, kejadian seperti ini kembali terulang kembali. Dia kembali
menabrakku seperti dulu, buku-buku ditanganku berserakan di lantai depan
perpustakaan. Faris tidak memperdulikanku, dia meninggalkanku tanpa
membantuku membereskan buku-buku yang berserakan. Kebencian itu kembali
datang setelah aku mengetahui bahwa Faris dan teman-temannya telah
sekongkol mempermainkanku hanya untuk UANG. “Ini uang hasil jirih
payahmu selama ini Ris, kamu udah berhasil mainin Ica”, ucap Diki teman
satu kelas Faris. aku mendengar itu, karna memang jarak kita saat itu
kurang lebih 3meter. Tanpa banyak omong aku segera menghampiri mereka
dan “Plaaaaakkkkk”, tamparanku melayang dipipi halus Faris. “Jadi ini?”,
ucapku dengan mata berkaca-kaca.
Setelah kejadian kemarin aku sudah sangat mengerti Faris, dia tetaplah
Faris yang dulu. “Ica tunggu”, suara dari belakangku dan tak lain itu
adalah Faris. tan[pa memalingkan muka ku kebelakang, aku langsung saja
jalan lurus tanpa memperdulikan ocehan si bodoh Faris. “Gue beneras
sayang sama loe”, teriak Faris didepan gerbang sekolah yang ramai.
Seketika aku berhenti dan menghampiri Faris,”Lu gila apa emang bodoh
sih?”, ucapku lirih sambil sesekali menoleh kekanan dan kekiri. “Gue
beneran mau jadi papcar loe lagi, gue sayang sama lo Ica”, suara Faris
yang semakin keras. Satpam, adek kelas, kakak kelas, OB semua
memperhatikan kami.
Karna memang aku tak bisa membohongi perasaanku lagi, aku memang sangat
menyanginya. Kita kembali mewarnai hari-hari kita. Dan soal uang itu
hanya salah paham saja. Uang itu menurutku tak penting karena yang
terpenting adalah FARIS, FARIS AL FARINZI.
- See more at: http://www.gen22.net/2012/03/cerpen-cinta-romantis-tabrakan-manis.html#sthash.ce9qRon5.dpufKata kata cinta yang mengandung rasa kasih dan sayang memang baik untuk diungkapkan kepada orang orang yang anda cintai. Berbagai kalimat kalimat romantis dan penuh kesungguhan diungkapkan kepada orang orang tersebut, sampai kita tidak menyadari bahwa ternyata kata kata yang kita ekspresikan tersebut menjadi berlebihan dan bahkan bisa berakibat kepada keraguraguan yang menerima kata kata tersebut. Dari kata kata cinta di atas, kata kata cinta yang paling baik adalah yang berasal dari lubuk terdalam hati kita atas apa yang kita rasakan. dan terkadang juga yang paling tulus tanpa dibuat buat dan tanpa mengandung unsur yang berlebihan. Sehingga, membuat yang menerima kata kata cinta itu lebih yakin dan lebih percaya pada kata kata
Langganan:
Postingan (Atom)